Suk Bong kaget melihat sketsa wajah ibunya terselip di antara buku di dalam kotak milik Jeong Tae. Ia menyamakannya dengan foto asli ibunya.
"Ibu..." gumamnya setelah benar-benar yakin sketsa itu adalah gambar ibunya. "Mengapa bisa ada disini?"
Suk Bong memandangi Jeong Tae yang masih tak sadarkan diri. Sketsa itu adalah hasil lukisan Jeong Tae. Lalu bagaimana mungkin Jeong Tae bisa mengenal ibunya. Ibunya hanya melakukan hubungan satu malam dengan pria yang baru dikenalnya. Ia mulai bertanya-tanya mengenai kemungkinan bahwa ayah kandungnya yang sesungguhnya adalah Ha Jeong Tae bukan Kang Chul Min seperti yang selama ini diduganya.
Ia mendekati Jeong Tae.
"Paman, kenapa ini ada disini....?" tanya Suk Bong bingung.
Sementara Boo Kwi Ho sedang melihat hasil tes DNA milik Suk Bong di ruang kerjanya. Ternyata ia sengaja menukar hasil tes DNA Suk Bong dengan Jeong Tae yang seharusnya menunjukkan adanya hubungan parental.
Ia mengingat kembali percakapannya dengan Suk Bong. Saat itu Suk Bong mengira Bo Kwi adalah ayah kandungnya karena melihat anting-anting yang dipakai Tae Hee. Bo Kwi Ho melakukan tes DNA guna membantah dugaan Suk Bong. Di kantornya Suk Bong masih berusaha mencari kebenaran dengan menanyakan kalungnya. Karena tak mau terus diganggu, Boo Kwi Ho malah mengatakan mungkin saja Jeong Tae yang menyerahkan kalung itu pada ibunya mengingat Boo Kwi Ho mencuri anting-anting milik Jeong Tae. Saat itu Boo Kwi Ho juga belum tahu bahwa Jeong Tae memang ayah kandung Suk Bong.
Dari Choo Young Dal ia mengetahui bahwa pemilik kalung Suk Bong adalah Chul Min. Makanya ia sengaja menjadikan Chul Min sebagai ayah kandung Suk Bong. Ia mengetahui rahasia Jeong Tae yang pernah membuat duplikat kalung yang sama seperti milik Chul Min. Ia satu-satunya orang yang tahu. Semua orang mengira Chul Min adalah ayah kandung Suk Bong. Hanya ia yang sadar bahwa hal itu keliru. Tapi ternyata Choo Young Dal juga mengetahui fakta yang sebenarnya. Ia tahu ketakutan Boo Kwi Ho yang tak mengungkapkan fakta yang sebenarnya pada semua orang terutama Suk Bong. Boo Kwi Ho khawatir posisinya dalam perusahaan keluarga direbut oleh Suk Bong. Choo Young Dal memanfaatkan situasi ini untuk membungkam Boo Kwi Ho atas pemalsuan akte pertambangan logam di Kyrgystan milik Jeong Tae.
Boo Kwi Ho terlihat berang pada Choo Young Dal dan Choo Woon Suk yang membuat masalah ini semakin rumit.
Lee Jong Heon menjenguk Jeong Tae. Ia terlihat mengkhawatirkan sahabatnya.
"Jangan menyerah," ucapnya memberi semangat. Ia menggenggam tangan Jeong Tae.
Jeong Tae kembali ingat kejadian masa lalu,yang menyebabkan kematian Chul Min.
Flash Back.
Jeong Tae dan Chul Min sedang bekerja di konstruksi bangunan. Mereka membicarakan proyek tambang logam langka yang sedang mereka rintis bersama dengan Lee Jong Heon. Sebagai simbol perjanjian mereka membuat perhiasan dari logam mulia itu. Kalung dipegang oleh Chul Min, Jeong Tae anting-anting dan untuk Lee Jong Heon sebuah cincin. Jeong Tae memberitahu Chul Min bahwa ia diam-diam membuat duplikat kalung seperti yang dipakai Chul Min. Ia mengatakan tak bisa memakai anting-anting miliknya. Makanya ia membuat duplikat kalung itu sebagai penyemangat kerja. Ia meminta Chul Min merahasiakan hal ini dari Lee Jong Heon. Ia takut Lee Jong Heon marah padanya karena melanggar perjanjian.
Tiba-tiba Lee Jong Heon muncul dari arah belakang. Ia tampak marah. Ia sudah mengetahui affair antara Chul Min dan Jong Yo adiknya. Chul Min sendiri mengakui hal itu. Lee Jong Heon emosi dan langsung memukul wajah Chul Min. Lee Jong Heon melihat kalung yang dipakai Chul Min dan memutuskan perjanjian proyek tambang yang mereka rintis bersama. Jeong Tae berusaha melerai perkelahian antara kedua sahabatnya. Tapi Lee Jong yang sedang dikuasai emosi tak mengindahkannya. Ia semakin marah saat Chul Min mengaku mencintai adiknya. Ia terlanjur kecewa pada Chul Min yang membuat adiknya sengsara dan calon suaminya sampai meninggalkannya. Ia melayangkan tinjunya. Jeong Tae yang hendak melindungi Chul Min malah kena pukul dan tak sengaja menabrak Chul Min yang ada dibelakangnya. Hal ini mengakibatkan Chul Min terjatuh dari atap gedung. Jeong Tae juga hampir jatuh, tapi Lee Jong Heon segera menolongnya sedangkan Chul Min langsung meninggal seketika itu juga.
Lee Jong Heon tersadar dari lamunannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh Joeng Tae yang bereaksi. Ia melihat monitor alat kontrol jantung tak stabil. Ia panik dan segera memanggil dokter.
Tae Hee mendapat kabar bahwa ibu dari Presdir Wang meninggal dunia (nenek yang pernah bantuin Suk Bong mengambil rambut Lee Jong Heon untuk tes DNA). Boo Kwi Ho keluar dari ruang kerjanya. Ia mendengarkan percakapan Tae Hee di telepon.
Mereka datang melayat. Lalu memberikan penghormatan terakhir untuk ibu Presdir Wang. Lee Jong Heon juga datang bersama Shin Mi. Di belakang mereka Choo Young Dal dan Woon Suk menyusul.
Lalu tiba-tiba Suk Bong muncul. Mereka yang ada disana terkejut melihat kehadirannya.Ia datang mencari Boo Kwi Ho dan memperlihatkan sketsa gambar ibunya. Boo Kwi Ho kebingungan.
"Ini ibuku," ucap Suk Bong memberi penjelasan padanya. Lalu ia mengambil foto ibunya yang asli.
"Ini milik Paman Jeong Tae, kan?" tanyanya. "Kenapa ia menyimpan gambar ibuku?"
Tae Hee melihat gambar itu dari dekat dan menoleh pada Suk Bong.
"Itu ibumu?" tanyanya.
Suk Bong tak menjawab pertanyaan Tae Hee. Ia memandang Boo Kwi Ho tajam. "Katakan padaku?" tuntutnya. Tae Hee juga memaksa ayahnya untuk bicara.
Boo Kwi Ho memadangi Tae He dan Tae Kyung.Dengan berat hati ia mengatakan ,
"Gambar itu mungkin adalah ibumu. Kalungmu sebenarnya milik Jeong Tae."
Mendengar itu Suk Bong linglung. Shin Mi spontan berlari menangkapnya dan memeganginya.
"Maksudmu?" tanya Suk Bong menuntut lebih banyak penjelasan.
"Kalung itu bukan milik Chul Min, tapi milik Jeong Tae," ulang Boo Kwi Ho.
Tae Hee juga kaget mendengar pernyataan ayahnya. "Ayah apa yang kau katakan? Kalung Suk Bong galak benar milik paman? Kalau begitu ayah Suk Bong galak adalah paman?"
"Ya. Jeong Tae adalah ayah Suk Bong galak," tandas Boo Kwi Ho.
Semua orang kaget kecuali Choo Young Dal dan Woon Suk yang sudah tahu dari awal. Suk Bong lemas dan langsung jatuh pingsan.
Suk Bong dibawa ke rumah sakit. Ia masih tak sadarkan diri. Boo Kwi Ho ikut menunggui Suk Bong dan duduk di sebelah Lee Jong Heon. Shin Mi sangat mengkhawatirkan keadaan Suk Bong.
Keluarga Park datang. Mereka tampak cemas. Kemudian Suk Bong mulai sadar. Ia bangun dan mencabut selang infusnya.
Suk Bong berjalan menghampiri Boo Kwi Ho.
"Kenapa kau melakukan ini?" serunya marah.
Shin Mi menenangkan Suk Bong. Dokter berpesan agar Suk Bong harus menjaga emosinya. Tapi Suk Bong tak mengindahkan ucapannya. Ia kembali berteriak pada Boo Kwi Ho.
"Bagaimana bisa kau mengatakan ayahku yang masih hidup telah mati. Bagaimana bisa kau mengatakan orang lain sebagai ayahku." teriak Suk Bong lalu mencengkeram lengan Boo Kwi Ho. "Aku susah payah mencari ayahku dan kau bisa-bisanya berbuat seperti itu padaku. Setelah menipuku apa kau bisa tidur nyenyak. Apa kau masih bisa menelan makananmu. Jika kau punya mulut seharusnya kau bicara." Suk Bong menumpahkan kemarahannya.
"Apa yang harus kukatakan? Jika aku mengatakan hanya ini yang bisa kulakukan, kau pasti akan lebih marah. Jika aku mengatakan maaf, kau bisa terima?" ucap Boo Kwi Ho pasrah.
Suk Bong melepaskan tangannya. Ia menahan marah. Lalu ia melampiaskan kemarahannya dengan membuang barang-barang di meja.
Lee Jong Heon membawa Boo Kwi Ho keluar. Ia takut Suk Bong tak bisa mengendalikan emosinya. Di luar Boo Kwi Ho memberitahu Lee Jong Heon bahwa Jeong Tae telah membuat duplikat kalung dan menyembunyikan hal ini darinya. Ia takut Lee Jong Heon marah. Lee Jong Heon kaget mendengar hal ini.
"Jika dia tak membuat kalung lagi, pasti dia tak akan memberikan kalung itu pada wanita itu dan bocah itu tak akan muncul." ucap Boo Kwi Ho.
"Apa yang kau katakan?" tanya Lee Jong Heon kesal.
"Tentu saja. Jika begitu aku akan tetap jadi pewaris Boo Ho Group. Seorang menantu bagaimana mungkin bisa mencapai posisi itu."
Lalu Boo Kwi Ho mulai curhat. Ia mendapatkan posisinya yang sekarang ini bukan seperti Lee Jong Heon yang otomatis dipilih sebagai penerus perusahaan karena ia putra Oh Sung. Ia harus melaluinya dengan hinaan dan selalu dipandang sebelah mata. Ia menganggap Lee Jong Heon tak akan mengerti bahkan jika ia dilahirkan lagi. Lee Jong Heon kesal. Ia tak menduga Boo Kwi Ho bisa berpikiran licik seperti itu. Ia mengatakan apa Boo Kwi Ho tak takut pada azab. Boo Kwi Ho marah. Ia membalas bahwa Lee Jong Heon tak punya kapasitas untuk mengatakan hal itu padanya. Ia juga menganggapnya tak berhak menghakiminya.
Boo Kwi Ho mengaku bahwa ia juga benci mengambil posisi Jeong Tae dengan cara ini. Tapi hanya itu peluangnya. Ia juga tahu orang lain membencinya karena ia selalu berpikiran tentang uang. Bahkan anak-anaknya juga membenci dirinya yang selalu mementingkan uang.
Boo Kwi Ho mulai menangis.
"Aku melakukan ini karena anak-anakku. Aku tak mau mereka diremahkan orang lain. Tapi aku tak menyangka mereka malah malu mempunyai ayah sepertiku. Aku mengorbankan begitu banyak untuk mereka. Tak kusangka mereka mengatakan aku ini memalukan." Boo Kwi Ho menangis makin keras.
Lee Jong Heon kembali menjenguk Jeong Tae. Dokter memberitahu bahwa kondisi Jeong Tae sudah tak mengkhawatirkan, tapi kondisnya belum stabil.
Flash Back.
Jeong Tae menggambar ibu Suk bong yang lagi tertidur. Ia tersenyum sambil memandangi wajah ibu Suk Bong.
Kembali mengingat semua yang penah ia lakukan ke Ibu Suk Bong.
Lee Jong Heon di rumah sakit. Ia duduk di samping Jeong Tae.
"Apa yang kau bicarakan itu ibu Suk Bong?" tanyanya. "Apa kau tahu kau memiliki seorang anak laki-laki."
Suk Bong datang dan masuk ke kamar Jeong Tae. Lee Jong Heon sudah pergi. Ia mendekati Jeong Tae yang sekarang ia tahu bahwa pria itu adalah ayah kandungnya. Suk Bong tak dapat menahan keharuannya. Ia meraih tangan ayahnya dan menangis di depan ayahnya yang masih koma.
"Maaf..." ucapnya sedih. "Tidak dapat mengenalimu."
Shin Mi menyusulnya. Ia ikut masuk. Lalu merangkul bahu Suk Bong. Suk Bong terisak dan menyenderkan kepalanya pada Shin Mi.
"Kenapa aku bisa memanggil ayah dengan paman," isaknya.
"Tak apa-apa." hibur Shi Mi. "Belum terlambat untuk memanggilnya ayah."
Suk Bong memandangi wajah Jeong Tae. Lalu perlahan dengan terbata-bata mulai memanggilnya. "Ayah...."
Woon Suk minum-minum di bar. Ia tampak tertekan. Tae Hee menemaninya. Woon Suk menyuruhnya pulang karena sekarang yang harus dicemaskan adalah ayahnya. Tae Hee tak mau. Ia lebih mencemaskan Woon Suk.
"Boo Tae Hee bodoh...," ejek Woon Suk. "Kau pikir kenapa aku mabuk? Karena aku sangat marah pada ayahmu yang sudah merusak rencanaku! Kau peduli padaku? Kau memang bodoh. Itu sebabnya Lee Shin Mi selalu mengejekmu." Woon Suk meledak. Ia memandang Tae Hee dengan tajam.
"Biar saja dia menggangguku. Ada oppa yang bisa membuatku senang. Aku ingin kau bahagia. Aku tak tahan jika melihatmu menderita. Kau menderita karena berusaha menyelamatkan perusahaanmu. Perusahaan atau apaun biarkan pergi saja." ucap Tae Hee. "Aku akan bernyanyi untukmu. Dari dulu aku ingin menyanyikan lagu ini untukmu."
Tae Hee bangun. Mengambil HP-nya dan menjadikannya mike. Lalu ia mulai bernyanyi untuk menghiburnya. Awalnya Woon Suk melihatnya dengan pandangan dingin. Tapi perlahan ia tersenyum dan mulai tertawa melihat Tae Hee.
Tae Hee senang.
"Melihat kau tersenyum sangat lucu," ucap Tae Hee.
Woon Suk kembali diam. Ia masih tampak sedih.
"Masih menangis?" tanya Tae Hee sambil menatap Woon Suk dengan sedih.
"Tidak..." Woon Suk menggeleng tapi air matanya tumpah. Ia berusaha tersenyum pada Tae Hee.
Tae Hee mengusap air mata di pipi Woon Suk. "Jangan menangis. Biarkan aku saja yang menangis," ratapnya.
Tae Hee mulai menangis. Woon Suk menatap Tae Hee yang sedang menangis. Ia baru menyadari selama ini Tae Hee yang selalu ada untuknya. Tae Hee yang selalu datang menghiburnya. Disaat semua orang membencinya. Tae Hee tetap mendukungnya. Ia baru menyadari ketulusan Tae Hee. Perlahan Woon Suk mendekat. Air matanya tumpah lagi dan ia mencium Tae Hee.
Suk Bong tertidur di rumah sakit bersama Shin Mi. Mereka tertidur di samping ranjang Jeong Tae. Suk Bong tidur sambil menggengam tangan Shin Mi.
Kilatan masa lalu terekam di memori Jeong Tae .Dimulai saat bertemu dengan ibu Suk Bong. Kencan semalam mereka di hotel dan saat ia menyerahkan kalungnya pada ibu Suk Bong.
Perlahan Jeong Tae menggerakkan tangannya. Ia meraih tangan Suk Bong dan menggenggamnya. Suk Bong terbangun. Ia memberitahu Shin Mi bahwa Jeong Tae bereaksi dengan menggenggam tangannya.
Suk Bong dan Shin Mi keluar dari kamar Jeong Tae. Shin Mi menghibur Suk Bong. Ia bilang Suk Bong tak perlu mengkhawatirkan ayahnya lagi. Ia menggenggam tangan Suk Bong untuk menguatkan hatinya.
Suk Bong memainkan gitar untuk ayahnya. Jeong Tae sadar. Ia memandangi kalung yag dipakai Suk Bong. Suk Bong memegang kalungnya.
"Siapa aku, apa kau tahu?" tanya Suk Bong. Jeong Tae mengangguk.
"Ayah..." panggil Suk Bong.
Jeong Tae mengulurkan tangannya. Ia membelai wajah Suk Bong. "Anakku...Sudah datang," ucapnya lirih.
Choo Young Dal mengubah semua rencananya. Semula ia hanya ingin bekerjasama dengan perusahaan Jepang dalam proyek tambang Kyrgystan yang mereka ambil alih dari Jeong Tae. Tapi rencana mereka berantakan akibat pengakuan Boo Kwi Ho. Ia takut Boo Kwi Ho menjegal usahanya. Makanya ia menyuruh Woon Suk menjual tambang itu sebelum Boo Kwi Ho bertindak.
Choo Young Dal memberikan tiket pesawat untuk Woon Suk dan menyuruhnya pergi malam ini juga ke Jepang. Ia menyerahkan semuanya pada Woon Suk. Tapi Woon Suk sudah tak berminat lagi meneruskan rencana ayahnya. Ia lelah mengikuti semua perintah dari ayahnya. Choo Young Dal tetap memaksa Woon Suk untuk menjalankan perintahnya dan bergegas pergi.
Boo Kwi Ho mendengar rencana Frontier yang akan menjual pertambangan Kyrgystan itu pada perusahaan Jepang. Ia marah dan berniat menghentikan usaha mereka. Tae Hee datang. Ia meminta ikut. Ia juga memohon pada ayahnya agar melepaskan Woon Suk. Ia tak mau ayahnya menyakiti Woon Suk.
Shin Mi juga mengetahui hal itu. Ternyata Ketua Yoo yang memberinya informasi. Mungkin ia melakukan hal itu untuk menebus rasa bersalah karena pernah berkhianat pada Oh Sung.
Ketua Yoo segera mengakhiri percakapannya dengan Shin Mi setelah melihat Woon Suk dan Kepala Kang keluar dari rumah. Mereka akan pergi ke tempat pertemuan dengan perusahaan Jepang yang akan membeli pertambangan logam. Ketua Yoo terlihat ragu. Mungkin ia merasa tindakan mereka kali ini sangat berbahaya.
Choo Young Dal mendapat laporan bahwa Boo Kwi Ho telah memperbaruhi lisensi pertambangan Kyrgystan. Itu artinya Boo Kwi Ho mempunyai hak atas pertambangan itu. Ia tahu Boo Kwi Ho akan mendatangi tempat pertemuan Woon Suk untuk menggagalkan rencananya. Ia menelepon Ketua Kang dan memberitahu bahwa mereka dalam masalah besar.
Sementara itu Suk Bong dan Shin Mi juga tengah berlomba dengan waktu. Mereka pergi ke tempat pertemuan Woon Suk dan berniat menghentikan rencannya. Suk Bong membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Shin Mi khawatir dan mengingatkannya. Suk Bong bilang ia harus cepat sampai disana. Ia tak mau impian ayahnya hancur begitu saja.
Di tengah jalan mobil Boo Kwi Hoo di hadang oleh mobil tak dikenal. Segerombolan pria berjas hitam turun dan memaksa Boo Kwi Ho dan Tae Hee turun dari mobil. Supir mereka berhasil dilumpuhkan. Boo Kwi Ho dan Tae Hee tak bisa melawan. Diam-diam Tae Hee berhasil mengambil HP-nya. Ia menyembunyikan HP-nya di belakang tubuhnya dan mengirim sebuah pesan meminta bantuan.
Woon Suk sampai di tempat pertemuan. Mereka siap menandatangi kontrak penjualan tambang dengan perusahaan Jepang. Ketua Yoo tampak tak tenang. Woon Suk membuka dokumen yang telah disiapkan untuk ditandatangani.
Tiba-tiba HP-nya berbunyi. Ia mendapat sebuah pesan dari Tae Hee : Oppa, selamatkan aku.
Suk Bong membawa mobil dengan kecepatan tinggi menuju tempat dimana Woon Suk tengah melakukan transaksi jual beli pertambangan milik ayahnya Jeong Tae. Tiba-tiba Shin Mi melihat sosok Tae Hee di pinggir jalan sedang dikeroyok oleh segerombolan orang.
"Itu...Bukankah itu Boo Tae Hee?" ucap Shin Mi sambil memicingkan mata. Suk Bong hanya menoleh sekilas.
Tae Hee dan Boo Kwi Ho dipaksa masuk ke dalam mobil oleh segerombolan pria tak dikenal itu. Mereka mencoba melawan, namun tahu hal itu hanya sia-sia. Kemudian sebuah mobil mengerem mendadak di depan mereka. Suk Bong dan Shin Mi keluar dari dalam mobil itu. Suk Bong berubah pikiran. Ternyata ia tak tega membiarkan Tae Hee dan Boo Kwi Ho yang sedang dalam bahaya.
Suk Bong berkelahi dengan segerombolan pria itu.Shin Mi tak bisa tinggal diam saja melihat Suk Bong tengah dipukuli. Ia berlari membantunya dengan menarik baju pria yang tengah menghajar Suk Bong. Ia malah kena hantam. Suk Bong menarik Shin Mi kedalam pelukannya dan berusaha melindungi kepala Shin Mi dari pukulan.
Woon Suk datang dan berlari menerjang gerombolan pria yang tengah mengeroyok Suk Bong. Tae Hee menjerit senang melihat kedatangan Woon Suk. Ia berteriak menyemangatinya.
Suk Bong mengamankan Shin Mi dulu ke tepi. Lalu kembali membantu Woon Suk. Ia dan Woon Suk bahu-membahu melawan mereka.
Tae Hee menyerang pria yang tengah mengeroyok Suk Bong dengan hak sepatunya. Shin Mi ikut maju membantunya dengan menjambak rambut pria itu.
Tiba-tiba pria itu mencabut sebuah pisau dari dalam kaos kakinya. Suk Bong berhati-hati melawannya. Shin Mi langsung panik. Ia mengkhawatirkan Suk Bong. Woon Suk juga melihat hal itu dan datang membantunya. Ia menerjang pria itu yang langsung menyerangnya dan berhasil melukai lengan Woon Suk dengan pisaunya. Tae Hee berteriak ketakutan. Suk Bong kaget. Ia memberi tendangan keras pada pria yang melukai Woon Suk. Gerombolan pria berjas itu mengepung mereka dengan mengacungkan pisau ditangan masing-masing. Tiba-tiba terdengar sirene mobil polisi. Tae Hee berteriak kegirangan saat melihat polisi datang menyelamatkan mereka.
Beberapa polisi turun dari mobil dan langsung mengamankan gerombolan pria itu.
"Tangkap semuanya. Tangkap semuanya..." teriak Tae Hee penuh semangat.
Sementara itu di rumah Choo Young Dal mendapat laporan bahwa Woon Suk membatalkan kontrak jual beli pertambangan. Ia bergegas pergi.
Suk Bong lega dan memeluk Shin Mi. Tae Hee segera mendatangi Woon Suk dan melihat luka di lengan Woon Suk.
"Lihatlah, tanganmu berdarah," seru Tae Hee panik.
Seorang polisi mendekati Woon Suk. Kayaknya Kapten Polisinya deh.
"Apa kau Manager Choo Woon Suk?" tanyanya.
"Iya aku" jawab Woon Suk.
Lalu polisi menagkap Woon Suk dengan tuduhan percobaan penculikan. Polisi memborgol tangan Woon Suk. Woon Suk diam dengan pasrah, tak membantah tuduhan polisi. Malah Tae Hee yang langsung memprotes. Ia mengatakan Woon Suk yang menyelamatkannya. Bagaimana mungkin Woon Suk berniat menculiknya.
"Katakakan pada mereka. Katakan sesuatu..." paksa Tae Hee melihat kebisuan Woon Suk.
Polisi membawa Woon Suk masuk ke mobil patroli.
Boo Kwi Ho menoleh pada Suk Bong.
"Kau sengaja datang untuk melihatku kehilangan muka, bukan?" duga Boo Hwi Ho. Suk Bong hanya diam saja. "Atau yang lain, kau benar-benar datang menyelamatakanku?" tanyanya. "Orang baik... Kalau aku jadi kau, aku tak akan menyelamatkan orang sepertiku."
"Ayah..." Tae Hee menghampiri ayahnya. Menangis dan meminta ayahnya membebaskan Woon Suk
Boo Kwi Ho mengacuhkan permintaan Tae Hee. Ia malah masuk mobilnya mengikuti Suk Bong yang menuntuk Shin Mi masuk ke mobil.
"Suk Bong, kau mau pergi begitu saja?" panggil Boo Kwi Ho yang melihat Suk Bong berjalan tertatih-tatih. Suk Bong menoleh. Boo Kwi Ho menyerahkan sebuah kertas dokumen padanya. "Ambillah ini..." ucapnya.
Suk Bong mengambil dokumen itu yang merupakan akte asli hak pertambangan milik Jeong Tae. Boo Kwi tersenyum penuh arti.
Suk Bong memandangi surat itu bersama Byung Do di kantor mereka. Byung Do tahu Suk Bong pasti akan meninggalkannya dan memilih meneruskan usaha ayahnya di Boo Ho Group.
"Siapa yang menyangka kau ternyata benar-benar anak konglomerat? Boo Hoo Group pasti kau menyukainya." ucap Byung Do. "Aku akan pergi menenangkan diri. Disini aku akan melakukan apapun yang bisa kukerjakan. Entah menggoreng atau memanggang dalam panci. Kau tak usah mempedulikan tempat ini lagi. Pedulikan Boo Ho Group saja."
"Baiklah, aku akan pergi ke Boo Ho Group sebentar. Lalu kau bisa pergi setelah membereskan tempat ini." ucap Suk Bong kemudian pergi. Byung Do menatap kepergian Suk Bong dengan mata berkaca-kaca. Ia terharu Suk Bong lebih memilih merintis usaha baru bersamanya ketimbang meneruskan perusahaan ayah kandungnya.
Suk Bong datang menemui Boo Kwi Ho di kantornya yang sedang membersihkan papan namanya . Boo Kwi Ho spontan memeluk papan namanya . Ia kesal pada Suk Bong yang kerap mendatangi kantornya.
"Tempat ini sudah seperti rumahku sendiri." ucap Suk Bong. "Sangat nyaman berada disini dan aku bisa datang kapanpun kau mau." Lalu Suk Bong duduk diatas meja Boo Kwi Ho.
"Aku dengar bibi dan nenek akan pulang akhir pekan ini dari Kanada. Dan kudengar kesehatan nenek sedang tak baik. Aku akan mengunjunginya." ucap Suk Bong.
"Dulu dia berkata ingin tinggal bersama putrinya karena tak tega melihat putranya yang sakit, tapi sekarang mengatakan akan kembali untuk berterimakasih pada cucunya. Pemikiran mereka sangat tidak jelas," Boo Kwi Ho mengomentari mertuanya.
"Kau semakin sering mengeluhkan hal-hal seperti ini."
"Apa? Hey, jangan mentang-mentang sekarang kau menjadi Ha Suk Bong, bisa mengatakan hal seperti ini padaku," ucap Boo Kwi Hoo kesal. "Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?"
Suk Bong berdiri. "Apalagi yang bisa kulakukan? Akhirnya menemukan asalku setelah melalui banyak penderitaan. Harus ada kompensasi sedikit untuk semua penderitaan yang kualami." ucap Suk Bong sambil menatap Boo Kwi Ho yang mulai khawatir Suk Bong bakal menggeser posisinya di Boo Hoo Group. Padahalkan Suk Bong sudah memilih tetap bersama Byung Do membangun perusahaan sendiri.
Satu Tahun Kemudian....
Sekretaris Yoon akhirnya melepas masa lajangnya.
Byung Do datang dengan memakai jas hitam. Ia memuji sang pengantin wanita yang terlihat sangat cantik. Lalu tiba-tiba Pengurus Rumah muncul. Ia juga berpakaian rapi dengan memakai jas hitam.
Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pintu. Dialah Sang Pengantin Pria yang asli(wkwkwk q pikir pengantin prianya Byung Do atau Pengurus Rumah ). Pria itu ternyata Mr. Nakamura yang bernama asli Chung Chun.
Mun Dae Myung melihat So Jung dan langsung memeluknya dari belakang dan memanggilnya sayang. So Jung berontak.So Jung keliatan cantik dengan dandanan barunya. So Jung juga udah naik jabatan menjadi Manager.
"Apa kau gila?" teriaknya marah. "Aku bilang tidak untuk melakukan hal ini di perusahaan. Apa yang akan kau lakukan jika seseorang melihat kita." ucapnya dingin.
"Sayang, apa yang kau katakan? Apa kau takut seseorang menggosipkan kita?" tanya Mun Dae Myung.
So Jung menahan kesal. "Di dalam perusahaan. Aku adalah Manager Han So Jung dan kau bosku, Direktur Mun Dae Myung. Aku harap kau menahan diri dari keinginan seperti mengangguku!" .
Lee Jong heon menjadi akrab dengan Boo Kwi Ho. Mereka suka bertanding catur ala Korea.
"Tahu kan, siapa yang tidak bisa bermain golf?" ejek Boo Kwi Ho.
Lee Jong Heon malah teringat pada Choo Young Dal. Ia tahu Choo Young Dal yang terbaik dalam bermain golf.
Tae Hee akan mengadakan fashion show bekerjasama Donna Plymouth. Ia tengah sibuk mengatur para modelnya menuju panggung. Ia menjerit kesal pada mereka karena susah diatur, seperti memakai celana terlalu pendek.
"Kau...seperti memakai bikini," celotehnya lalu membenahi pakaian modelnya. 'Kau benar-benar sangat kurus. Apa belum memakan kue?"
Woon Suk masuk penjara untuk membayar semua ulahnya,tanpa melibatkan ayahnya.
Tae Hee datang mengunjungi Woon Suk. Ia sedih melihat Woon Suk yang semakin kurus. Tae Hee langsung mengomeli polisi yang berjaga disana karena tak memberi makan Woon Suk dengan baik. Ia bahkan mengancam akan melapor ke Komnas Hak Asasi Manusia.
Woon Suk hanya tertawa geli menaggapi ulah Tae Hee.
"Aku tak akan melakukannya," ucap Tae Hee malu. Lalu ia bercerita pada Woon Suk bahwa ia baru saja mengadakan Fashion Show hasil rancangannya sendiri. Dan ia baru saja makan malam dengan karyawannya untuk merayakan keberhasilannya. Tae Hee senang ia berhasil melakukan pertunjukan membuat minuman seperti yang diajarkan Shin Mi.
Woon Suk memberi selamat pada Tae Hee. Tapi Tae Hee malah terlihat sedih.
"Tae Hee, ada apa?" tanya Woon Suk cemas.
Tae Hee menggeleng. Ia bilang bahwa ia terlalu bahagia.
"Aku tak perlu pujian dari seluruh dunia. Aku hanya perlu satu orang saja. Aku hanya menginginkan oppa untuk mengatakan hal-hal yang menyenangkan."
Woon Suk melepas kacamatanya. Ia meminta tangan Tae Hee.
Tae Hee memberikan tangannya. Woon Suk menuliskan sesuatu di tangan Tae Hee. Tae Hee tertawa kegelian.
"Tae..." ejanya. "Apa kau berencana menulis Tae Hee lagi?" ucap Tae Hee sambil tersenyum senang.
Woon Suk selesai menulis. Tae Hee langsung kesal karena Woon Suk hanya menuliskan namanya.
"Tae Hee?" tanyanya. "Hanya Tae Hee?. Apa kau tak bisa menulis lebih banyak lagi."
Tae Hee ngambek.
"Aku selalu mengatakan dengan jelas, benar-benar..." Tae Hee menggerutu kesal.Tae Hee melampiaskan kekesalannya padanya. "Apa? Kau baru kali ini melihat seseorang yang tengah marah?"
Tae Hee cemberut. "Aku benar-benar bodoh..." guamamnya sedih.
Woon Suk memandangi Tae Hee dalam diam. Lalu sambil tersenyum di dalam hatinya perlahan mengatakan "Tae Hee, aku mencintaimu..."
Woaah, Woon Suk akhirnya jatuh cinta beneran sama Tae Hee.
Boo Kwi Ho menjenguk Choo Young Dal yang dirawat di Panti Rehabilitasi Gangguan Mental.
Boo Kwi Ho melihat Choo Young Dal dari jauh yang tengah menyiram bunga. Kepala Kang dan Ketua Yoo juga ada disana. Boo Kwi Ho senang sepertinya Choo Young Dal bahagia disana dan berat badannya mulai bertambah.
"Aku tak perlu mengkhawatirkannya," ucapnya.
Suk Bong tengah bekerja dikantornya. Byung Do tampak kepanasan di dalam kantor mereka. Ia sampai membuka bajunya. Suk Bong nggak mau pasang AC (hahahhaa,.bikin aq ketawa ney,..udh kayak shin mi aja). Untuk menghilangkan panas, ia hanya memasang kipas angin yang kadang-kadang suka mati. Suk Bong memanggil Byung Do untuk membetulkan kipas angin yang tiba-tiba mati. Karena kesal Byung Do memukul kipas dengan keras dan kipas itu kembali berputar lagi.
Shin Mi datang menemuinya. Ia sekarang menjabat sebagai Presiden Oh Sung. Ia datang untuk menawarkan investasi pada Suk Bong. Suk Bong memberitahunya bahwa ia sudah bekerjasama dengan perusahaan lain. Shin Mi keki.
Suk Bong pergi menemui ayahnya. Jeong Tae sudah tampak sehat. Suk Bong mengajari ayahnya bermain gitar. Lalu ia memandangi wajah ayahnya dan berkata dalam hati. "Ayah, mulai sekarang kita akan tinggal disini."
Shin Mi memasuki gedung pertunjukkan teater. Ia ada janji kencan dengan Suk Bong. Namun Suk Bong belum juga muncul.
Pertunjukkan teater di mulai, Suk Bong belum juga mencul. Shin Mi semakin kesal dan sama sekali tak menikmati pertunjukkan itu.
Sementra itu Suk Bong baru turun dari taksi. Ia masih sibuk menerima telepon dari beberapa kliennya. Ia juga menelepon Byung Do dan masih sibuk mengurusi pekerjaannya.
Sampai pertunjukkan teater usai Suk Bong masih belum muncul. Seluruh penonton sudah pergi hanya menyisakan Shin Mi seorang diri. Shin Mi bangun dan hendak pulang. Mendadak Suk Bong datang sambil berlarian. Ia bilang terjebak macet.
Shin Mi yang sudah kadung kesal berniat pergi. Suk Bong menahannya
"Sayang..." rayunya.
"Apa kita akan terus seperti ini?" tanya Shin Mi dingin.
Shin Mi mengeluarkan unek-uneknya. Ia mulai protes pada jadwal kerja Suk Bong yang super padat.
"Apa kau tahu sudah berapa lama aku menunggumu?" tanya Shin Mi tajam. "Mulai sekarang aku tak akan menunggumu lagi."
Akhirnya mereka malah bertengkar.Shin Mi hanya bisa menahan emosinya. Ia kembali duduk. Tiba-tiba saja lampu padam. Shin Mi panik dan berseru bahwa masih ada orang di dalam gedung teater itu.
Lalu sebuah suara memberitahunya bahwa pertunjukkan belum usai. Masih ada pertunjukkan band. Mereka mempersembahkan lagu untuk Shin Mi. Suk Bong keluar dari dalam pintu. Shin Mi yang sedari tadi cemberut mulai bisa tertawa mendapat kejutan ini.
Suk Bong menyanyikan sebuah lagu untuknya. Sementara Suk Bong menyanyi memori berputar mengenai awal pertemuan Shin Mi dengan Suk Bong. Cuplikan-cuplikan adegan bergiliran muncul. Shin Mi sampai terharu. Matanya berkaca-kaca.
Suk Bong selesai bernyanyi.
"Shoon Mi tidak akan menugguku lagi. Bahkan jika ia melakukannya." ucap Suk Bong.
Shin Mi tertawa bahagia mendengar janji Suk Bong.
Suk Bong merentangkan tangannya. Shin Mi bangun. Ia mulai menuruni tangga.
Suk Bong mrnghampirinya. Ia memakaikan kalungnya pada Shin Mi. Mata Shin Mi kembali berkaca-kaca.
"Shoon Mi...Maukah kau menjadi milikku selamanya?" pinta Suk Bong tulus. Sambil menahan tangis haru Shin Mi menganggukkan kepalanya.
Lalu perlahan Suk Bong mendekati Shin Mi dan menciumnya dengan lembut.
**TAMAT**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar