Sabtu, 13 November 2010

Sinopsis Becoming A Billionare Episode 8


Suk Bong mendekatkan wajahnya ke arah Shin Mi. Ia tertawa melihat wajah Shin Mi dengan mata tertutup yang sepertinya sudah siap untuk dicium. Ia menggodanya.
"Kenapa kau menutup matamu? Apakah sedang menunggu sesuatu?"
Shi Mi terkejut lalu membuka matanya. Ia memukul Suk Bong karena merasa dipermainkan. Woon Suk mendadak datang disaat yang tidak tepat dan melihat semuanya. Dari tatapan matanya keliatan banget kalau ia cemburu.
"Sunbae..." panggil Shin Mi malu.
Suk Bong juga merasa tak enak hati.

Byung Do pulang ke rumah Suk Bong. Ia kaget saat mendapati seorang cowok tengah berdiri terbalik seperti yang biasa dilakukannya . Cowok itu yang kemarin papasan dengan Kang Sook. Ternyata cowok cakep itu adalah anaknya. Pantas saja kelakuannya sama. Like father like son.
"Sedang apa kau disini?"
"Aku merindukan ayah?" jawab cowok cakep itu. Kemudian ia menyerahkan dokumen pada ayahnya.
"Bukankah kau ingin wariskan padaku?"

Shin Mi duduk minum kopi dengan Woon Suk.
"Kenapa datang kesini?" tanya Shin Mi.
"Aku ingin melihat pekerjaanmu? Apa yang bisa ku bantu?" Woon Suk menawarkan bantuan. "Proyek ini kau kerjakan bersama Choi Suk Bong?"
"Sepertinya menjadi begitu."
"Jika aku bilang tidak suka..."
"Sunbae, kau kenapa?" tanya Shin Mi 



Di luar Suk Bong tersenyum sambil memegang hidungnya. Ponselnya berbunyi. Sekretaris Yoon yang meneleponnya. Tea Hee memintanya bertemu. Tapi ia menolak ajakan itu yang membuat Tae Hee marah besar dan meminta dibawakan kue tart.


Woon Suk sedang menghadap ayahnya, Direktur Choo Young Dal. Ayahnya marah besar saat tahu perusahaan mereka di ambang kebangkrutan. Ia menanyakan hubungan Woon Suk dan Shin Mi apakah sudah ada kemajuan. Choo Young Dal menganggap Woon Suk salah langkah dengan mendekati Shin Mi sehingga membuat Bu Hoo marah dan akibatnya berimbas pada perusahaan mereka. Jadi selama ini Woon Suk cuma dijadikan boneka oleh ayahnya untuk melancarkan usahanya dengan mendekati putri-putri dari para pengusaha yang berpengaruh di Korea (poor Woon Suk). Ayahnya pergi dengan marah. Woon Suk hanya terdiam di tempatnya.

Shin Mi meminta Ketua Yoo untuk memasukkan Suk Bong ke dalam tim mereka. Ketua Yoo agak sedikit keberatan. Tapi Shin Mi tetap menginginkan Suk Bong bekerja padanya. Ia juga tak mempermasalahkan kesehatan Suk Bong. Ketua Yoo keluar. Shin Mi mencegah So Jung yang hendak keluar juga. Ia meminjam pembalut pada So Jung. (what...? pembalut aja pake pinjem. Ckkk...). So Jung mengingatkan bahwa Shin Mi juga belum mengembalikan pembalut yang dulu pernah dipinjamnya. Shin Mi bilang sudah. So Jung menjawab memang sudah tapi yang ia kembalikan bukan yang memakai wing seperti yang dipinjamnya. 


Suk Bong masuk ke rumahnya dan kaget mendapati di rumahnya sudah ada 2 orang aneh. Byung Do memperkenalkan anaknya. Mereka lapar dan Suk Bong mentraktir mereka makan. Suk Bong cuma bisa memandangi ayah dan anak itu makan dengan gaya dan cara yang sama. Setelah mereka kenyang Suk Bong menyuruh cowok itu (lupa namanya) membawa ayahnya pergi. Cowok itu nggak mau. Ia malah ingin tinggal bersama ayahnya. Suk Bong pusing. Satu orang aneh dirumahnya aja udah bikin stress apalagi dua. Lalu ponselnya berbunyi. Shin Mi meneleponnya. Ia menyuruh Suk Bong bekerja padanya mulai besok. Suk Bong bilang ia belum bisa mengambil keputusan.




"Kau tidak bersedia? Kalau begitu aku juga tidak mau mengejarmu menagih utang. Cepat kembalikan uangku!" ancam Shin Mi. "Jika kau belum bisa membayar utangmu, jangan harap kau bisa pergi dari pandanganku!" Shin Mi menutup teleponnya. Suk Bong kesal.
Byung Do bilang tidak usah membayar utang itu. Suk Bong jelas saja tak mau. Yang namanya utang harus di bayar. Byung Do mengingatkan bahwa Suk Bong juga punya utang uang sewa kamar pada ibu Kang Woo.
"Walau tidak bisa membayar hutang, tapi harus hidup dengan baik. Begini baru bisa menjadi orang kaya yang kau harapkan." Byung Do menasehati Suk Bong (walau nasehatnya kurang bener). Suk Bong kesal dan berniat pergi, tapi Byung Do berseru padanya.
"Sebenarnya yang kau cari kaya atau ayah?"
Suk Bong berbalik, tapi ponselnya lagi-lagi berbunyi. Hari ini jadwal Suk Bong padet banget. Semua orang ingin bertemu dengannya. Termasuk Woon Suk.


Suk Bong menemui Woon Suk dirumahnya. Woon Suk meminta maaf pada Suk Bong karena pernah berlaku tak ramah padanya waktu di restoran dulu. Sebagai permintaan maaf ia memberikan sekoper jamur untuk Suk Bong.
"Ini adalah jamur changa. Katanya bagus untuk kesehatan." ucap Woon Suk. Bukan itu saja ia juga menyerahkan amplop untuk pengganti biaya pengobatan yang pernah dikeluarkan Shin Mi untuk Suk Bong. Woon Suk menyuruh Suk Bong mengembalikan uang itu pada Shin Mi.
"Aku berbuat itu bukan untukmu, Choi Suk Bong. Terus terang aku tak ingin ada hubungan apapun antara kau dan Shin Mi." Woon Suk berbicara dengan pandangan matanya yang tajam. Wajah Woon Suk yang tadinya ramah langsung hilang (Woon Suk neh cepet banget perubahan mimik wajahnya). Ia juga melarang Suk Bong memberitahu Shin Mi bahwa ia yang memberi uang itu.
Suk Bong keluar dengan membawa koper. Ia menghela nafas. Didalam rumah Woon Suk memandangi amplop uang yang tak diambil Suk Bong. Ia menelepon seseorang.
"Apa kabar Kepala Kang. Aku pikir sudah waktunya!" Lalu Woon Suk melemparkan ponselnya ke meja.

Shin Mi tengah di dalam Angel Cafe. Ia sedang belajar cara menyeduh kopi. Suk Bong datang dan mengejeknya. Shin Mi marah dan meletakkan tekonya. Ia membalikkan badan dengan bersidekap. Suk Bong mendekat dan meneruskan pekerjaan Shin Mi.
"Harus lakukan seperti ini." Ia menuangkan air dengan gerakan memutar. Busa kopi keluar. Shin Mi melihat dengan ragu-ragu.
Suk Bong menggoda Shin Mi dengan kejadian tadi pagi. Ia bertanya mengapa Shin Mi bisa menutup matanya. Apa yang ia harapkan. Shin Mi keki. Ia mengomeli Suk Bong.
"Apa kau sudah pertimbangkan bekerja denganku?" Shin Mi mengalihkan pembicaraan.
"Ada syaratnya," ucap Suk Bong. "Jika proyek ini berhasil, aku mau kau mengangkatku sebagai staf khusus di Oh Sung Group."


Shin Mi dan Suk Bong minum kopi bersama. Suk Bong mulai curhat. Hidupnya selama ini hanya dipergunakan untuk mencari ayahnya. Ia melepas semua impiannya dengan masuk ke hotel hanya untuk bertemu para chaebol dan menunjukkan kalungnya. Ia sekarang sadar. Ia tidak ingin mencari ayahnya lagi. Ia ingin melanjutkan hidupnya dengan menunjukkan kemampuannya


Shin Mi membawa Suk Bong ke dalam rapat. Ia memperkenalkan Suk Bong sebagai staf baru dalam tim mereka.


Tae Hee sedang latihan yoga bersama Sekretaris Yoon. Ia sudah tahu Shin Mi sedang mengerjakan proyek pengembangan kopi. Tae Hee mengejek Shin Mi yang tak mungkin bisa menyaingi kopi IRIS miliknya. Kemudian ia mengajari Sekretaris Yoon cara yoga yang benar dengan minindih tubuh asistennya yang menjerit kesakitan .

Di dalam rapat Ketua Yoo menjelaskan IRIS merek kopi milik Bu Hoo adalah waralaba kopi yang paling terkenal di seluruh dunia. Memiliki 300 lebih kedai kopi dan pendapatan lebih dari 8 milyar won. Bahkan sudah menyaingi pasar Amerika. Ia pesimis kopi lokal seperti milik mereka bisa bersaing dengannya. Citra mewah dan modern telah membantu menaikkan citra kopi Bu Hoo di kelas internasional. Ketua Yoo menyarankan jika mereka ingin bersaing sebaiknya mengganti imej selangkah lebih maju dari Bu Hoo.
Suk Bong menyela ucapan Ketua Yoo.

"Tidak. Aku pikir kita harus bersaing dengan imej kita yang sudah ada. Kita harus menunjukkan kekuatan kopi kita."
"Apa kekuatan kita?" tanya Ketua Yoo dengan ekspresi tak senang.
"Kita memiliki pabrik pemanggangan biji kopi lokal. Jadi kita bisa menikmati kopi yang lebih fresh."
Tiba-tiba So Jung masuk ke ruang rapat. Ia menghampiri Shin Mi dengan membawa tabloid. Shin Mi membaca headline tabloid itu yang menampilkan gambarnya dan Manager Choo dengan judul 'Asmara antara ahli waris Oh Sung Group dan Frontier Group' .

Di kantornya Shin Mi menanyai Ketua Yoo mengapa gosip itu bisa menyebar. Jelas ia tak menyukai pemberitaan di media kabar yang menyebutkan dirinya terlibat hubungan asmara dengan Woon Suk. Ketua Yoo bilang bahwa yang menulis berita itu adalah wartawan yang sangat terkenal (semacam paparazzi kali ya) Bang Soon Ji. Suk Bong kaget mendengar itu (Hihihi...yang memberikan informasi itu kan dia). Shin Mi tak mau berita itu berpengaruh pada proyek kopi yang sedang dikerjakannya. Ia melanjutkan rapat kecil dengan Suk Bong dan So Jung.

"Apa yang harus kita lakukan dengan imej kita?"
Suk Bong mengusulkan merubah merek kopi untuk memperlihatkan imej baru dari metode pemanggangan biji kopi.
"Bukankah hal itu sangat ajaib (magic)?" ucap Suk Bong. "Kopi adalah karunia ajaib."
Shin Mi setuju. So Jung juga sependapat.
"Bagaimana jika kita membuat karakter cerita juga?" usul So Jung.
"Kedengarannya bagus."
Tiba-tiba pintu terbuka dan Tae Hee muncul. Ia mendatangi Suk Bong. "Aku datang mencarimu."


Tae Hee kembali menanyakan Suk Bong dari mana ibu Suk Bong mendapatkan kalung itu.
"Ayahku." jawab Suk Bong.
"Ayah?" Tae Hee beraksi kaget.

Tae Hee menemui ayahnya dan menyudutkannya. Ia bertanya bahwa perhiasan itu ada satu set, tapi mengapa ayahnya tidak memberikan kalung itu pada ibunya. Ayahnya bingung menjawab pertanyaan putrinya.
"Kalung itu memang aku tidak memberikannya pada ibumu. Itu adalah salahku." ucap Boo Kwi Ho.
Tae Hee menilai ucapan ayahnya itu sudah menjelaskan semuanya. Ia marah dan berteriak bahwa ia hampir gila. Boo Kwi Hoo sendiri kebingungan dengan sikap Tae Hee (jangan2 dia ayahnya Suk Bong?).
Tae Hee duduk dan ia melihat koran yang memberitakan Woon Suk dan Shin Mi. Ia makin kesal

Choo Young Dal mendatangi Lee Jong Heon. Mereka membicarakan kalung Suk Bong. Pembantu Presdir datang memberikan tabloid. Presdir kaget.

Di mobil Choo Young Dal senang membaca berita itu dan memuji Woon Suk. Ia meminta supirnya mengantarnya ke rumah Boo Kwi Ho.
Direktur Choo menyinggung masalah investasi modal yang ditarik kembali oleh Boo Kwi Ho. Direktur Boo menyalahkan Woon Suk yang sudah menyakiti putrinya Tae Hee. Ia juga berharap Tae Hee bisa melupakan Woon Suk.


"Benarkah kau akan mewarisi perusahaanmu pada Tae Kyung?" Tiba-tiba Direktur Choo bertanya seperti itu. Tae Kyung adalah adik Tae Hee. "Dia masih terlalu kecil."
"Bagaimana lagi. Aku hanya mempunyai seorang anak laki-laki."
"Sebaiknya kau pikirkan lagi." ucap Direktur Choo.


Tae Hee menemui Shin Mi. Ia memanas-manasi Shin Mi bahwa yang menyebarkan berita ini adalah Woon Suk. Perusahaan Frontier sedang kekurangan dana akibat investasi yang dibatalkan oleh perusahaan Bu Hoo. Tae Hee bilang ini adalah cara Woon Suk untuk menaikan harga saham Frontier yang sedang anjlok. Sebelum pergi Tae Hee juga mengejek proyek kopi yang sedang ditangani Shin Mi.


Shin Mi kembali mengadakan rapat unutk menentukan nama yang cocok untuk merek kopi mereka. Ketua Yoo menjabarkan contoh nama-nama sebagai usulan.
"Kopi magic bagaimana?" usul Shin Mi.
Ketua Yoo tak setuju "Nama itu terlalu kuno. Tidak bisa menyaingi Iris."
"Tinkerbell." So Jung ikut memberikan usul.
"Kenanak-kanakan sekali," seru Shin Mi.

"AINAS." Suk Bong buka suara. "Artinya dewi suci. Patung yang agung dan suci. Para seniman menamainya Ainas. Kopi ini bukan hanya dipasarkan dalam negeri tapi juga akan diimpor ke luar negeri. Aku pikir kita harus memakai nama yang mudah diingat di seluruh dunia."
So Jung menyukai nama itu. Suk Bong memberinya pujian karena mendukungnya. Shin Mi mengakhiri rapat dengan memerintahkan staf-nya mensurvei reaksi konsumen untuk nama baru kopi mereka.

"Sudah pasti" ucap Tae Hee pada Sekretris Yoon.
"Apa?"
"Ayahku memberikan kalung itu pada ibu Choi Suk Bong."
Ponsel Tae Hee berbunyi. Suk Bong yang meneleponnya. Sekretaris Yoon melarang Tae Hee mengangkat teleponnya.
"Tunggu waktu yang tepat untuk memberitahu Choi Suk Bong. Nona harus mempertimbangkan akibatnya pada Bu Hoo dan Direktur." Sekretaris Yoon mengingatkan Tae Hee.
Tae Hee langsung menuruti perkataannya dengan menutup teleponnya.

Suk Bong memandangi ponselnya yang di-reject Tae Hee. Ia sedang di Angel Cafe bersama Shin Mi. So Jung menghampiri Shin Mi yang tengah asyik menggambar memberitahukan bahwa tukang yang mau merenovasi Kafe Ainas sudah datang. So Jung melihat gambar Shin Mi dan mengambilnya.
"Apakah ini kupu-kupu? tanya So Jung (menurut aku itu lebah)
Suk Bong ikut melihat gambar Shin Mi.
"Aku lihat itu lebah."



"Yang anda gambar bukan untuk logo kopi kita, kan?" tanya So Jung khawatir.
Shin Mi keki dan merebut gambarnya. "Bukan..." serunya lalu pergi dengan marah.
Suk Bong lagi-lagi tersenyum dengan manis. Ia memberesi kertas gambar Shin Mi. Saat hendak memindahkan meja, tiba-tiba ia melihat coretan tangan di dinding kayu.
Putriku Shin Mi, aku mencintamu sama tingginya seperti langit dan sama tebalnya seperti tanah.
Ibu...aku juga mencintaimu. Seperti besarnya dunia.

Shin Mi menemui Woon Suk. Ia penasaran juga pada omongan Tae Hee kemarin. Ia langsung bertanya pada Woon Suk
"Aku dengar karena gosip kita kemarin membuat saham Frontier naik. Apa itu hanya kebetulan?"
"Bukan. Itu adalah keberuntunganku." ucap Woon Suk. "Karena gosip ini bisnis property ku yang tersendat sudah terselesaikan."
Shin Mi terkejut dengan kejujuran Woon Suk.
"Tapi aku sudah meluruskan masalah ini dengan wartawan itu. Besok kau sudah bisa melihatnya di koran."
"Maaf. Sudah hampir salah paham lagi," ucap Shin Mi tak enak hati. Woon Suk memaklumi.

Shin Mi hendak berpamitan pergi. Woon Suk buru-buru mencegahnya. Ia mengambil jepit rambut dan memakaikannya pada Shin Mi.


Lalu tiba-tiba muncul Tae Hee yang langsung menjerit marah. Shin Mi buru-buru pergi menghindari pertengkaran. Woon Suk hendak mengejarnya, tapi dihalangi oleh Tae Hee. Woon Suk menanyai Tae Hee apakah dia yang memberitahu Shin Mi masalah gosip itu. Tae Hee mengiyakan.
"Kau tidak mengerti mengapa aku membutuhkan Shin Mi." ucap Woon Suk dingin.
"Ya, aku tak mengerti!" jerit Tae Hee. Lalu ia melepas jepit rambutnya dan meminta Woon Suk memakaikannya padanya seperti perlakuan Woon Suk pada Shin Mi tadi.
"Aku tidak pintar seperti Shin Mi. Masuk kuliah karena koneksi dari ayahku. Kau pikir aku tak punya perasaan. Aku juga sangat menderita. Tapi aku berusaha bertahan karena ingin menjadi wanita yang pantas untukmu." Tae Hee menangis.



Woon Suk mengambil jepit rambut dari tangan Tae Hee dan memakaikannya di rambut Tae Hee. Tangis Tae Hee langsung berhenti. Ia memegangi jepit rambutnya dan menatap Woon Suk tak percaya. Setelah Woon Suk pergi, Tae Hee tersenyum senang.

Shin Mi mengawasi tukang bangunan yang sedang merenovasi kedainya. Ia bertengakar dengan salah satu dari mereka yang dianggapnya lamban bekerja. Tukang bangunan itu tak terima dan mengancam mogok kerja. Suk Bong membujuknya dan berdebat sedikit dengan Shin Mi. Ia juga membelikan mereka minuman. Shin Mi masih sempet-sempetnya memprotes Suk Bong karena membeli minuman kaleng bukan botol yang harganya lebih murah.
Semua tukang pulang karena sudah malam. Suk Bong mengomeli Shin Mi yang sangat pelit mengeluarkan uang untuk membayar para tukang bangunan. Shin Mi kesal. Ia melanjutkan pekerjaan mengecat yang belum selesai. Suk Bong mengomentari cara Shin Mi mengecat yang salah. Ia meminta kuas cat itu, tapi Shin Mi menolak. Suk Bong mengambil kuas dibawah dan mengajari cara mengecat dengan benar. Shin Mi malah jongkok dan mengawasinya. Tanpa sengaja Shin Mi mengotori hidungnya dengan kuas cat. 



Suk Bong menahan tawa. Shin Mi melihatnya dan melarangnya tertawa. Suk Bong ikut jongkok lalu dengan sengaja membuat kumis dengan cat kuning.
"Kalau begitu kau mau tertawa duluan?" tanyanya. Shin Mi ingin tertawa tapi menahannya.
Suk Bong menambahkan dengan mengecat pipi dan bibirnya. Tawa Shin Mi langsung meledak.

Shin Mi ketiduran di meja. Suk Bong melihatnya. Membuka jaketnya lalu mengenakannya pada Shin Mi. Shin Mi berbalik tidur menghadapnya. Suk Bong terpaku melihat wajah Shin Mi. Dan ia tergerak untuk melukis wajah Shin Mi.


Pagi harinya Shin Mi terbangun. Ia melihat hasil lukisan Suk Bong.
"Apa ini kau yang menggambar?"
Suk Bong kaget dan berusaha merebut gambarnya.
"Gambarmu bagus. Apa ini untuk imej kopi kita?" tanyanya. Suk Bong mengiyakan. "Jika kau menambahkan sayap akan lebih bagus."

Tae Hee mengajak Suk Bong bertemu di rumahnya. Ia memperlihatkan anting-anting miliknya. Su Bong kaget melihat motif yang sama dengan kalungnya.
"Ini adalah hadiah ulang tahun pernikahan yang diberikan ayahku untuk ibuku."
"Apakah Direktur...?" Suk Bong mulai menduga-duga.
"Waktu pertama kali melihat kalungmu, aku juga berpikiran seperti itu. Harusnya kalung itu ada disini. Mengapa bisa ada pada Choi Suk Bong," ucapnya kemudian menatap Suk Bong. "Ya, ayahku memberikan kalung itu pada wanita lain. Wanita itu adalah ibumu!"


Suk Bong lemas mendengar pengakuan Tae Hee dan berniat menemui Direktur Boo. Tae Hee melarangnya.
"Ayahku tak mau ada putra lain."
Suk Bong keluar dari kamar Tae Hee dengan lemas. Di luar ia bertemu dengan Direktur Choo yang sedang mengajari anak laki-lakinya perkalian. Sekertaris Yoon mengatakan kalau Suk Bong tukang pijat yang dipanggil Tae Hee. Direktur agak sedikit janggal karena tukang pijatnya ganteng dan masih muda.

"Zaman sudah berbeda. Yang seperti ini tidak termasuk ganteng?" ucap Sekretaris Yoon.
Direktur Boo meminta Suk Bong juga memijatnya. Suk Bong memegang kalungnya dan membuka suara memanggil Direktur, tapi Tae Kyung datang sambil menangis.


Ia ditantang berkelahi oleh kakak dari teman yang dulu pernah berkelahi dengannya. Ia menunjukkan SMS pada ayahnya.
"Jika aku punya kakak laki-laki pasti aku tak akan takut." ucap Tae Kyung sambil menangis
"Jangan asal bicara. Seharusnya kau merasa beruntung mempunyai kakak perempuan bukannya laki-laki. Dua anak laki-laki pasti akan saling berebut perusahaan. Saling menjatuhkan satu sama lain. Anak bungsu pasti akan kalah." Direktur Boo menasehati putranya.
"Tapi aku merasa lebih baik mempunyai kakak laki-laki."
"Sudahlah. Aku malah tak suka. Bagiku anak laki-lakiku hanya kau saja. Datang satu lagi...memikirkannya saja membuatku takut."
Suk Bong hampir terjatuh mendengar ucapan Direktur Boo. Ia hanya diam saja saat Direktur memintanya meneruskan memijat.

Suk Bong datang ke kedai dengan langkah gontai. Ia duduk di depan Shin Mi yang tengah minum kopi. Shin Mi sedikit mengkhawatirkannya. Ia mengira Suk Bong ingin tinggal menjaga kedai untuk acara pembukaan kafe mereka.


"Kenapa aku tak memikirkan ini. Kenapa aku tak pernah berpikir ayahku akan menolakku jika bertemu denganku."
Shin Mi menghiburnya. Ia bukan tak pernah memikirkan itu, tapi karena tak mau memikirkan hal itu karena pada dasarnya manusia menginginkan hal yang indah-indah. Ia mencontohkan dirinya yang selalu dipandang sebelah mata oleh ayahnya. Dan ayahnya lebih menyayangi Axe (anjing peliharaan Presdir) daripada dirinya.
"Choi Suk Bong, jika ayahmu mengatakan tak menginginkanmu. Maka katakan padanya aku tak menginginkanmu juga. Jangan meminta belas kasihan darinya."
Suk Bong tersenyum mendengar ucapan Shin Mi.

Shin Mi pulang ke rumah. Kepala Hotel sudah resmi menjadi pengurus rumah. Tapi ia masih kikuk. Shin Mi menengok ayahnya dikamar. Presdir sedang curhat dengan Axe. Selama ini ternyata Presdir sangat kesepian setelah ditinggal pergi istrinya dan putri satu-satunya jarang ada di rumah. Shin Mi menguping lalu perlahan ia menutup pintu kamar Presdir.

Shin Mi mempresentasikan peluncuran merek kopinya di depan para direksi Oh Sung. Beberapa staf-nya berkeliling membagikan kopi dan memperlihatkan busa yang keluar saat kopi diseduh. Busa itu yang menunjukkan bahwa kopinya adalah produk yang fresh. Para direksi pesimis bagaimana konsumen tahu kopi itu segar. Apa Shin Mi akan memperlihatkannya pada semua orang.
"Aku akan perlihatkan pada mereka." ucap Shin Mi tegas.



Kafe Ainas dibuka. Semua pegawai terlihat sibuk. Suk Bong memajang hasil gambarnya setelah diberi sayap seperti usulan Shin Mi. Di luar dibuka stand minum kopi gratis dan dibagi-bagikan pada pejalan kaki. Shin Mi dan Suk Bong kebagian tugas membagikan brosur.
Tae Hee tak mau kalah. Ia juga sibuk mempromosikan kopi Iris miliknya. Ia sengaja melakukan itu untuk merusak acara pembukaan kafe Shin Mi.
Di jalan Suk Bong dan Shin Mi bermain tangkap tangan lagi. Dari dalam jendela kafe Byung Do dan putranya memperhatikan mereka. Putra Byung Do iri melihat mereka. Suk Bong tak sengaja melihat mereka. Shin Mi kesal kenapa mereka ada di Kafe Iris saingannya. Suk Bong bilang kalau kafe itu memang selalu ramai.

Byung Do meminta refill kopi pada karyawan kafe. Karyawan itu menolak karena gelas kopi disana tidak pernah diisi ulang. Tae Hee masuk dan menyuruh Sektetaris Yoon mengusir mereka. Dengan sopan (yang dibuat-buat, hehe...) Sekretaris Yoon meminta mereka pergi. Byung Do menoleh ke arah Sekretaris Yoon dengan gerakan slow motion. Ia terpana melihat kecantikan wajah Sekretaris Yoon dan langsung jatuh cinta.
Byung Do datang ke kafe Shin Mi dan lagi-lagi meminta refill. Shin Mi kesal melihat Byung Do membawa gelas Iris dan meminta refill di kafenya. Suk Bong mengambil gelas itu dan memberinya kopi.

Suk Bong bermain gitar dan putra Byung Do yang menyanyi. Semua pengunjung kafe senang melihat pertunjukan kecil itu. Diam-diam Sekretaris Yoon juga ada disana memakai kerudung dengan Kepala Hotel. Mereka keluar dan kepergok oleh Tae Hee yang langsung meneriakinya dan menyeretnya pergi.
Tae Hee memberikan kopi Iris untuk Sekretaris Yoon. Tapi Sekretaris Yoon tak mau meminum kopi itu. Ia sudah terbiasa dengan rasa kopi Ainas. Dan memohon pada Tae Hee walau gajinya dipotong.

Ketua Yoo melaporkan reaksi konsumen terhadap kopi mereka sangat bagus. Mereka mulai mempersiapkan acara untuk conference pers.

Tae Hee menemui Suk Bong dan menyuruhnya diam-diam mengganti biji kopi. Tae Hee ingin menjatuhkan Shin Mi baru hidupnya bisa tenang. Ia mulai menyinggung hubungan mereka dengan memperlihatkan anting-antingnya. Suk Bong langsung menolak.
"Walaupun aku adalah kakakmu dan kau adalah adik laki-lakiku." rayu Tae Hee dengan terus memperlihatkan antingnya.


Esoknya acara conference pers berlangsung. Suk Bong tiba-tiba menghilang. Shin Mi memulai acara pembukaan. Mereka mendemontrasikan cara menyeduh kopi. Tapi yang terjadi kopi yang mereka seduh tak menghasilkan busa sama sekali. Shin Mi panik. Para wartawan mulai memprotes. Shin Mi meminta maaf dan bilang pasti ada masalah dalam biji kopi mereka. Diam-diam Tae Hee dan Sekretaris Yoon datang menyamar. Mereka tertawa puas telah merusak acara Shin Mi.


Para wartawan kecewa dan mulai pergi meninggalkan kafe itu. Shin Mi tidak bisa berbuat apa-apa. Kemudian Suk Bong datang, mencegah para wartawan pergi. Ia membawa seorang karyawan wanita yang ternyata telah disogok untuk mengganti biji kopi asli dengan yang kadaluarsa. Ia mengakui kesalahannya dan langsung menunjuk Tae Hee yang belum sempat mengindar. Tae Hee panik dan langsung menutupi wajahnya dengan topinya yang lebar. Para wartawan mengenalinya dan langsung mengerubunginya.



Suk Bong bercerita pada Shin Mi.
"Sebenarnya aku sudah menangkap orang itu kemarin. Seharusnya biji kopi sudah berganti dengan yang asli. Setelah itu siapa lagi yang menukarnya kembali?"
"Apa?" Shin Mi kaget. "Maksudmu selain Boo Tae Hee ada pihak ketiga yang menyabotase kita?"

Shin Mi hendak pergi. Ia mengambil gambar malaikat yang digambar Suk Bong dan saat membalik bingkainya tak sengaja ia menemukan coretan tangannya dan ibunya.
"Sepertinya kau menjatuhkan barang yang penting di Angel Cafe." ucap Suk Bong sambil keluar kafe. Shin Mi memandangi tulisan itu. Matanya berkaca-kaca. Ia melihat Suk Bong menunggunya di luar pintu kafe dengan perasaan berterimakasih.

Tae Hee di tahan di kantor polisi. Polisi menyebutkan daftar kesalahannya yang sudah pernah tiga kali ditahan polisi. Tae Hee tak merasa takut karena ayahnya pasti akan membebaskannya seperti biasa. Tapi polisi menunjukkan SMS dari Direktur Boo yang mengatakan kali ini tidak akan membebaskan putrinya dan ingin memberinya sedikit pelajaran. Tae Hee mengamuk dan menelepon ayahnya.



Tae Hee mengancam akan membocorkan masalah kalung pada publik jika tak dibebaskan. Direktur Boo yang memang tak tau masalah itu tetap tak mau membebaskan Tae Hee.
"Apa kau ingin bergaya seperti Porison Jilton dengan masuk keluar penjara?" tanya Direktur Boo berang. Direktur malah menyuruh Tae Hee makan nasi bungkus jika lapar. Tae Hee marah dan melempar teleponnya.

Shin Mi sedang membahas produk kopinya yang diterima di pasaran. Peluncuran merek kopi mereka sukses besar. Ia meminta Ketua Yoo terus memantau pemasaran kopi mereka. Sementara di TV memberitakan Tae Hee yang baru keluar dari penjara. Para wartawan mengerubungi meminta wawancara. Tae Hee merasa malu dan berteriak-teriak nggak karuan mengusir para wartawan itu. Dia sudah kayak orang gila dengan penampilannya yang amburadul. Tapi sempet-sempetnya ia bergaya saat wartawan ingin mengambil fotonya dan setelah itu berteriak-teriak lagi .
Woon Suk di kantornya juga sedang melihatnya di TV.

Tae Hee masih teriak-teriak kesetanan saat digiring masuk ke mobilnya. Tiba-tiba saja segerombolan massa datang meneriakinya dan melempari telor. Tapi seseorang berlari melindungi tubuh Tae Hee tepat saat telor itu dilempar. Telor itu mengenai baju pria itu. Saat dia menoleh, Shin Mi dan Woon Suk yang berada di kantornya masing-masing kaget saat mengetahui orang itu adalah Suk Bong.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar